Air dimasukkan kedalam botol air
mineral pada reaktor yang telah dibuat sebanyak setengah botol. Kemudian botol
tersebut dimasukkan kedalam gelas piala. Selanjutnya NaOH 3 M diukur sebanyak
50 ml dengan gelas ukur, lalu dimasukkan ke dalam botol sirup kaca. Setelah
itu, aluminium foil ditimbang dan dipotong kecil-kecil. Lalu dimasukkan ke
dalam botol sirup kaca berisi NaOH, kemudian botol sirup tersebut ditutup
rapat. Gas H2 yang terbentuk lalu diamati dan diukur volumenya. Untuk percobaan
menggunakan balon, selang pada tutup botol air mineral dilepas dan dipasangkan
pada balon. Langkah selanjutnya sama seperti yang telah diuraikan di atas.
4. Hasil dan Pembahasan
Percobaan 1
NO
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1
|
50 ml larutan NaOH 3M
|
Larutan berwarna bening
|
2
|
Alumunium foil ditimbang dan
dipotong kecil-kecil
|
Massa alumunium foil 0,25 gram
|
3
|
Alumunium foil yang sudah dipotong dimasukkan ke
dalam botol sirup kaca dan segera ditutup
|
Larutan berubah warna menjadi keabuan dan terlihat
asap dari gas yang dihasilkan serta botol terasa panas(reaksi eksoterm)
|
4
|
Reaksi yang terjadi pada botol air
mineral dan gelas beker
|
Mula-mula air dalam gelas beker berisi 500 ml,sesaat
setelah gas hidrogen mengalir air yang ada di dalam botol air mineral turun
sedikit demi sedikit sedangkan air yang ada dalam gelas beker volume-nya naik
menjadi 700 ml.
|
5
|
Volume gas Hidrogen yang dihasilkan
|
V air awal(V1)=500 ml
V air setelah terjadi reaksi oleh gas Hidrogen(V2)=700
ml
V gas Hidrogen yang dihasilkan=V2-V1
=700 ml-500 ml
200 ml
|
Percobaan 2
NO
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1
|
50 ml larutan NaOH 2M
|
Larutan berwarna bening
|
2
|
Alumunium foil ditimbang dan
dipotong kecil-kecil
|
Massa alumunium foil 0,25 gram
|
3
|
Alumunium foil yang sudah dipotong dimasukkan ke
dalam botol sirup kaca dan segera ditutup
|
Larutan berubah warna menjadi keabuan dan terlihat
asap dari gas yang dihasilkan serta botol terasa panas(reaksi eksoterm)
|
4
|
Reaksi yang terjadi pada botol air
mineral dan gelas beker
|
Mula-mula air dalam gelas beker berisi 500 ml,sesaat
setelah gas hidrogen mengalir air yang ada di dalam botol air mineral turun
sedikit demi sedikit sedangkan air yang ada dalam gelas beker volume-nya naik
melebihi ukuran gelas beker.
|
5
|
Volume gas Hidrogen yang dihasilkan
|
V air awal(V1)=500 ml
V air setelah terjadi reaksi oleh gas Hidrogen(V2)=
tidak deketahui karena air sampai melebihi gelas beker.
V gas Hidrogen yang dihasilkan=V2-V1
(hasilnya tidak diketahui)
.
|
REAKSI :
2 Al(s) + 2 NaOH(aq) + 6 H2O(l) → 2
NaAl(OH)4(aq) + 3 H2(g)
2 Al(s) + 2 OH-(aq) + 6 H2O(l) → 2
Al(OH)4-(aq) + 3 H2(g)
Al membentuk ion Al(OH)4-
berarti bilangan oksidasinya berubah dari nol menjadi +3. Sedang bilangan
oksidasi H dari +1 menjadi nol. Berarti baik dalam asam maupun basa, reaksi
redoks yang terjadi sebagai akibat dari sifat keamfoteran Al, ternyata
perubahan bilangan oksidasinya sama.
Pengikisan permukaan logam aluminium
dianggap sebagai tolok ukur, sehingga semakin banyak pengikisan permukaan logam
aluminium oleh larutan perendaman maka semakin banyak nuklida-nuklida aktif
yang ikut lepas. Kelarutan kerapatan alumnium terhadap perendaman menggunakan
larutan perendam NaOH yang menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya konsentrasi
NaOH dan waktu proses perendaman maka dapat menaikkan kelarutan aluminium. Hal
ini menunjukkan semakin banyak logam aluminium yang terkikis berarti semakin
banyak nuklida-nuklida yang menempel di logam yang terlepas.
Namun yang berpengaruh pada produksi
gas hidrogen adalah jumlah alumunium foilnya. Seperti yang dilakukan pada
percobaan kali ini,jumlah alumunium foil yang digunakan sedikit yaitu 0,25
gram. Jadi,tidak terlalu banyak menghasilkan gas hidrogen. Sedangkan
konsentrasi NaOH hanya mempengaruhi kecepatan reaksinya saja. Kalau konsentrasi
NaOH beasar reaksinya semakin cepat. Kalau
konsentrasi NaOH kecil reaksinya berlangsung lambat.
Hidrogen juga dapat menyebabkan
reaksi pembakaran, contohnya adalah ketika balon berisi gas hidrogen disulut
dengan api. Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan akan terbakar pada
konsentrasi serendah 4% H2 di udara bebas. Entalpi pembakaran hidrogen adalah
-286 kJ/mol. Hidrogen terbakar menurut persamaan kimia:
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l) +
572 kJ (286 kJ/mol)
Karena terbatasnya alat dan bahan
yang digunakan,kelompok 6 tidak melakukan percobaan menggunakan balon.
Ketika dicampur dengan oksigen dalam
berbagai perbandingan, hidrogen meledak seketika disulut dengan api dan akan
meledak sendiri pada temperatur 560 °C. Lidah api hasil pembakaran
hidrogen-oksigen murni memancarkan gelombang ultraviolet dan hampir tidak
terlihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu, sangatlah sulit mendeteksi
terjadinya kebocoran hidrogen secara visual. Karakteristik lainnya dari api
hidrogen adalah nyala api cenderung menghilang dengan cepat di udara, sehingga
kerusakan akibat ledakan hidrogen lebih ringan dari ledakan hidrokarbon. H2
bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur oksidator lainnya. Ia bereaksi
dengan spontan dan hebat pada suhu kamar dengan klorindan fluorin, menghasilkan
hidrogen halida berupa hidrogen klorida dan hidrogen fluorida.
5. Kesimpulan
·
Gas hidrogen dapat terbentuk dari persamaan 2 Al(s) +
2 NaOH(aq) + 6 H2O(l) → 2 NaAl(OH)4(aq) + 3 H2(g)
·
Volume gas hidrogen yang diperoleh dari aluminium foil
+ NaOH sebanyak 200 ml (pada percobaan 1) sedangkan pada percobaan 2 tidak
diketahui
·
Jumlah alumunium foil mempengaruhi banyaknya gas
hidrogen yang dihasilkan, sedangkan konsentrasi NaOH hanya mempengaruhi
kecepatan reaksinya saja
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, H.
Ralph dan Suminar. Kimia Dasar Prinsip
dan Terapan Modern. Edisi keempat.
Erlangga : Jakarta. 1987. Bab 24. Halaman 180.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar