Senin, 18 November 2013
Rabu, 13 November 2013
Senin, 04 November 2013
Minggu, 03 November 2013
Rabu, 25 September 2013
Pembuatan Kalium Aluminium Sulfat (Tawas) dari Limbah Aluminium Foil
Kamis, 26 September 2013
I. Tujuan Praktikum
- Mengetahui cara pembuatan tawas
- Dapat memanfaatkan limbah kaleng bekas minuman
II. Dasar Teori
Tawas adalah kelompok garam rangkap
berhidrat berupa kristal dan bersifat isomorf. Tawas ini dikenal dengan nama
KAl(SO4)2.12 H2O yang dikenal banyak sebagai koagulan
didalam pengolahan air maupun limbah. Sebagai koagulan alum sulfat sangat
efektif untuk mengendapkan partikel
yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi. Alum merupakan salah satu senyawa kimia yang dibuat dari molekul air dan dua jenis garam, salah satunya biasanya Al2(SO4)3.
Alum kalium merupakan senyawa yang tidak berwarna dan mempunyai bentuk kristal oktahedral atau kubus ketika kalium sulfat dan aluminium sulfat keduanya dilarutkan dan didinginkan. Larutan alum kalium tersebut bersifat asam. Alum
kalium memiliki
titik leleh 900oC. Kalium
aluminium sulfat dodekahidrat (tawas kalium) dengan rumus KAl(SO4)2.12H2O
digunakan dalam pemurnian air, pengolahan limbah, dan bahan pemadam
api.Tawas kalium dibuat dari logam aluminium
dan kalium hidroksida. Logam aluminium bereaksi
secara cepat dengan KOH panas menghasilkan larutan garam kalium
aluminat.
Tawas kalium aluminium sulfat dihasilkan
dengan mereaksikan logam aluminium (Al) dalam larutan basa kuat (kalium
hidroksida) akan larut membentuk aluminat.
2Al (s) + 2KOH (aq) + 2H2O (l) ----> 2KAlO2
(aq) + 3H2 (g)
Larutan
aluminat dinetralkan dengan asam sulfat mula-mula terbentuk endapan berwarna
putih dari aluminium hidroksida Al(OH)3.
2KAlO2 (aq) +2H2O (l) + H2SO4(aq) ---> K2SO4(aq) + Al(OH)3 (s)
Dengan penambahan asam
sulfat endapan putih semakin banyak dan jika asam sulfat berlebihan endapan
akan larut membentuk kation K+, Al3+, dan SO42-,
jika didiamkan akan terbentuk kristal dari tawas kalium aluminium sulfat.
Secara singkat reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut
H2SO4(aq) + K2SO4(aq) +
2Al(OH)3 (s) ---> 2Kal(SO4)2 (aq) + 6H2O
24 H2O + 2Kal(SO4)2 (aq) ---> 2Kal(SO4)2.12H2O(s)
Alum kalium sangat larut dalam air panas, sehingga ketika setelah penambahan H2SO4 yang
membentuk endapan dan kemudian dipanaskan, pemanasan sebaiknya dilakukan pada
suhu 60-80oC untuk menguapkan airnya dan suhu pemanasan tidak boleh
lebih dari 80oC karena tawas akan larut dalam air mendidih. Ketika kristalin alum kalium dipanaskanterjadi pemisahan secara kimia, dan
sebagian garam yang terdehidrasi terlarut dalam air. Pada
proses penguapan selama 10 menit dan didinginkan akan terbentuk Kristal dari KAl(SO4)2.12
H2O.
Reaksi keseluruhan
2Al (s) + 2KOH (aq)+ 10H2O (l) +H2SO4(aq) ----> 2KAl(SO4)2.12H2O(s) + 3H2(g)
III. Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
|
Kertas saring
|
Pemanas (hot plate)
|
Serbuk logam Al atau logam Al 5 gram
|
Corong buchner
|
Pengaduk Magnit stirrer (1buah)
|
Kristal KOH 15 gram
|
Statif dan klem
|
Gelas kimia 400 mL
|
Larutan asam sulfat pekat 20 mL
|
Gelas arloji
|
Gelas ukur 50 mL (1 buah)
|
Aquades
|
Buret (1 buah)
|
Corong (1 buah)
|
|
Timbangan (neraca)
|
Erlenmeyer 300 mL
|
|
IV. Prosedur kerja
Pembuatan larutan KOH
1.
Timbang
sejumlah KOH padat (2,5 gram)
2.
Tambahkan
aquades 37,5 mL
3.
Aduk
sampai homogen
Pembuatan asam sulfat
50% sebanyak 40 mL
1.
Ukur
volume asam sulfat yang akan diencerkan
2.
Ukur
aquades 20 mL dan dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah disiapkan
3.
Tambahkan
asam sulfat pekat sedikit demi sedikit lewat dinding gelas sambil diaduk (caranya:
mengukur asam sulfat pekat sesuai kebutuhan, kemudian ditambahkan ke dalam
gelas kimia yang berisi aquades yang telah disiapkan sedikit demi sedikit lewat
dinding gelas sedikit demi sedikit sambil diaduk pelan-pelan karena reaksi
eksplosif.)
4.
Aduk
sampai homogen.
Pembuatan
Tawas
1.
Siapkan
larutan KOH yang telah dibuat di lemari asam
2.
Timbang
serbuk Al sebanyak 0,75 gram dan masukkan ke dalam gelas kimia yang telah
berisi larutan KOH sedikit demi sedikit sambil diaduk
3.
Aduk
sampai Al larut sempurna sambil dipanaskan, amati yang terjadi
4.
Diamkan
atau dinginkan campuran sekitar 10-15 menit, kemudian disaring dan filtratnya
ditampung dalam erlenmeyer
5.
Tambahkan
aquades jika filtrat terlalu sedikit sampai setengah volume awal
6.
Tambahkan
asam sulfat 50% tetes demi tetes dari buret ke dalam filtrat sambil diaduk
7.
Ukur
pH larutan sekitar 1-2 dan penambahan asam sulfat dihentikan
8.
Panaskan
campuran di atas pemanas pada suhu 60-80oc selama 10 menit
9.
Dinginkan
dan diamkan di udara terbuka sampai terbentuk kristal
10.
Saring
kristal menggunakan corong buchner (kertas saring yang digunakan ditimbang) dan
cuci dengan 20 mL alcohol-air 50:50, kemudian keringkan
11.
Timbang
kristal yang terjadi dan tentukan titik lelehnya
12.
Hitung
yield tawas yang dihasilkan!
Rabu, 11 September 2013
Pendahuluan Praktikum Produksi Gas Hidrogen dari Limbah Aluminium
Produksi Gas Hidrogen dari Limbah Aluminium
Latar Belakang
Kemajuan industri di Indonesia dewasa ini cukup pesat, terutama dalam bidang pemanfaatan hasil - hasil pertanian, perkebunan, pertambangan, dan berbagai jenis hasil hutan. Kemajuan tersebut ditujukan untuk mendukung program pemerintah dalam pemanfaatan sumber daya bagi keperluan industri baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah gas alam, yang biasanya diperoleh dari dari dalam sumur dibawah perut bumi yang biasanya bergabung dengan minyak bumi. Indonesia berpotensi sebagai produsen bahan - bahan produksi gas alam bila di kelola secara intensif dan berpola pada permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor. Gas alam (natural gas) dewasa ini menjadi sumber alternatif yang banyak digunakan oleh masyarakat dunia untuk berbagai keperluan, baik untuk perumahan, komersial maupun industri. Di dalam dunia industri gas alam (natural gas) dipergunakan untuk bahan baku plastik, bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, dan bahan dasar pembuatan hidrogen. Salah satu jenis produk industri non pangan yang dibutuhkan dan pemakaiannya terus meningkat akibat permintaan semakin banyak adalah hidrogen. Pada pra rancangan pabrik ini, pembuatan hidrogen dilakukan dengan menggunakan bahan bakuberupa gas alam (natural gas) dengan proses cracking Hidrogen bukanlah sumber energi (energy source) melainkan pembawa energi (energy carier),artinya hidrogen tidak tersedia bebas di alam atau dapat ditambang layaknya sumber energi fosil tetapi dapat dihasilkan melalui proses proses tertentu. Salah satu cara untuk menghasilkan gas hidrogen adalah dengan proses cracking gas alam.2. Tujuan Praktikum
Memproduksi gas hidrogen dengan limbah alumunium.3. Landasan Teori
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai bahan-bahan yang memiliki kandungan hydrogen seperti Air, Minyak Bumi, dan Bahkan Kotoran Manusia/Hewan. Kali ini kita akan mencoba membuat gas hidrogen murni yang berasal dari limbah alumunium yang direaksikan dengan larutan asam. Pembuatan gas hidrogen cukup berbahaya karena mudah untuk meledak, apalagi jika jumlah gasnya cukup banyak. Tapi jika tabung gasnya bocor tak akan meledak karena gas hidrogen akan langsung bereaksi dengan oksigen dan hasilnya adalah air murni. Sebenarnya pembuatan gas hidrogen cukup mudah tapi harus berhati-hati juga karena kesalahan dapat mengakibatkan gas meledak. Hidrogen adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Hidrogen atau H2 mempunyai kandungan energi per satuan berat tertinggi, dibandingkan dengan bahan bakar manapun. Hidrogen merupakan unsur yang sangat aktif secara kimia, sehingga jarang sekali ditemukan dalam bentuk bebas. Di alam, hidrogen terdapat dalam bentuk senyawa dengan unsur lain, seperti dengan oksigen dalam air atau dengan karbon dalam metana. Sehingga untuk dapat memanfaatkanya, hidrogen harus dipisahkan terlebih dahulu dari senyawanya agar dapat digunakan sebagai bahan bakar. Ada beberapa metode pembuatan gas hidrogen yang telah kita kenal. Namun semua metode pembuatan tersebut prinsipnya sama, yaitu memisahkan hidrogen dari unsur lain dalam senyawanya.Reaksi alumunium foil dengan basa menghasilkan gas hydrogen. Alumunium alumunium foil) dapat menunjukkan sifat asamnya jika direaksikan dengan basa seperti larutan atrium hidroksida. Berbagai aluminat dapat terbentuk senyawa Diana alumunium ditemukan dalam ion negative. Hal ini mungkin karena alumunium memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan kovalen dengan oksigen, sementara pada natrium perbedaan elektronegatifan antara natrium dan oksigen terlalu besar untuk membentuk ikatan selain ikatan ionic.2 Al + 2 NaOH + 6 H2O ---> 2 Al(OH)4) (aq) + 3 H2
3. Prosedur Kerja
- Pembuatan Reaktor Sederhana
Botol bekas air mineral dilubangi bagian atas dan bawahnya menggunakan solder, kemudian potong selang sepanjang 55 cm. Lalu dihubungkan selang kedalam tutup botol air mineral dan kedalam tutup botol sirup kaca. Reaktor pun siap digunakan.- Pembuatan Gas HidrogenAir dimasukkan kedalam botol air mineral pada reaktor yang telah dibuat sebanyak setengah botol. Kemudian botol tersebut dimasukkan kedalam gelas piala. Selanjutnya NaOH 3 M diukur sebanyak 50 ml dengan gelas ukur, lalu dimasukkan ke dalam botol sirup kaca. Setelah itu, aluminium foil ditimbang dan dipotong kecil-kecil. Lalu dimasukkan ke dalam botol sirup kaca berisi NaOH, kemudian botol sirup tersebut ditutup rapat. Gas H2 yang terbentuk lalu diamati dan diukur volumenya. Untuk percobaan menggunakan balon, selang pada tutup botol air mineral dilepas dan dipasangkan pada balon. Langkah selanjutnya sama seperti yang telah diuraikan di atas.4. Hasil dan PembahasanPercobaan 1NOPerlakuanHasil Pengamatan150 ml larutan NaOH 3MLarutan berwarna bening2Alumunium foil ditimbang dan dipotong kecil-kecilMassa alumunium foil 0,25 gram3Alumunium foil yang sudah dipotong dimasukkan ke dalam botol sirup kaca dan segera ditutupLarutan berubah warna menjadi keabuan dan terlihat asap dari gas yang dihasilkan serta botol terasa panas(reaksi eksoterm)4Reaksi yang terjadi pada botol air mineral dan gelas bekerMula-mula air dalam gelas beker berisi 500 ml,sesaat setelah gas hidrogen mengalir air yang ada di dalam botol air mineral turun sedikit demi sedikit sedangkan air yang ada dalam gelas beker volume-nya naik menjadi 700 ml.5Volume gas Hidrogen yang dihasilkanV air awal(V1)=500 mlV air setelah terjadi reaksi oleh gas Hidrogen(V2)=700 mlV gas Hidrogen yang dihasilkan=V2-V1=700 ml-500 ml200 mlPercobaan 2NOPerlakuanHasil Pengamatan150 ml larutan NaOH 2MLarutan berwarna bening2Alumunium foil ditimbang dan dipotong kecil-kecilMassa alumunium foil 0,25 gram3Alumunium foil yang sudah dipotong dimasukkan ke dalam botol sirup kaca dan segera ditutupLarutan berubah warna menjadi keabuan dan terlihat asap dari gas yang dihasilkan serta botol terasa panas(reaksi eksoterm)4Reaksi yang terjadi pada botol air mineral dan gelas bekerMula-mula air dalam gelas beker berisi 500 ml,sesaat setelah gas hidrogen mengalir air yang ada di dalam botol air mineral turun sedikit demi sedikit sedangkan air yang ada dalam gelas beker volume-nya naik melebihi ukuran gelas beker.5Volume gas Hidrogen yang dihasilkanV air awal(V1)=500 mlV air setelah terjadi reaksi oleh gas Hidrogen(V2)= tidak deketahui karena air sampai melebihi gelas beker.V gas Hidrogen yang dihasilkan=V2-V1(hasilnya tidak diketahui).REAKSI :2 Al(s) + 2 NaOH(aq) + 6 H2O(l) → 2 NaAl(OH)4(aq) + 3 H2(g)2 Al(s) + 2 OH-(aq) + 6 H2O(l) → 2 Al(OH)4-(aq) + 3 H2(g)Al membentuk ion Al(OH)4- berarti bilangan oksidasinya berubah dari nol menjadi +3. Sedang bilangan oksidasi H dari +1 menjadi nol. Berarti baik dalam asam maupun basa, reaksi redoks yang terjadi sebagai akibat dari sifat keamfoteran Al, ternyata perubahan bilangan oksidasinya sama.Pengikisan permukaan logam aluminium dianggap sebagai tolok ukur, sehingga semakin banyak pengikisan permukaan logam aluminium oleh larutan perendaman maka semakin banyak nuklida-nuklida aktif yang ikut lepas. Kelarutan kerapatan alumnium terhadap perendaman menggunakan larutan perendam NaOH yang menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya konsentrasi NaOH dan waktu proses perendaman maka dapat menaikkan kelarutan aluminium. Hal ini menunjukkan semakin banyak logam aluminium yang terkikis berarti semakin banyak nuklida-nuklida yang menempel di logam yang terlepas.Namun yang berpengaruh pada produksi gas hidrogen adalah jumlah alumunium foilnya. Seperti yang dilakukan pada percobaan kali ini,jumlah alumunium foil yang digunakan sedikit yaitu 0,25 gram. Jadi,tidak terlalu banyak menghasilkan gas hidrogen. Sedangkan konsentrasi NaOH hanya mempengaruhi kecepatan reaksinya saja. Kalau konsentrasi NaOH beasar reaksinya semakin cepat. Kalau konsentrasi NaOH kecil reaksinya berlangsung lambat.Hidrogen juga dapat menyebabkan reaksi pembakaran, contohnya adalah ketika balon berisi gas hidrogen disulut dengan api. Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan akan terbakar pada konsentrasi serendah 4% H2 di udara bebas. Entalpi pembakaran hidrogen adalah -286 kJ/mol. Hidrogen terbakar menurut persamaan kimia:2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l) + 572 kJ (286 kJ/mol)Karena terbatasnya alat dan bahan yang digunakan,kelompok 6 tidak melakukan percobaan menggunakan balon.Ketika dicampur dengan oksigen dalam berbagai perbandingan, hidrogen meledak seketika disulut dengan api dan akan meledak sendiri pada temperatur 560 °C. Lidah api hasil pembakaran hidrogen-oksigen murni memancarkan gelombang ultraviolet dan hampir tidak terlihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu, sangatlah sulit mendeteksi terjadinya kebocoran hidrogen secara visual. Karakteristik lainnya dari api hidrogen adalah nyala api cenderung menghilang dengan cepat di udara, sehingga kerusakan akibat ledakan hidrogen lebih ringan dari ledakan hidrokarbon. H2 bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur oksidator lainnya. Ia bereaksi dengan spontan dan hebat pada suhu kamar dengan klorindan fluorin, menghasilkan hidrogen halida berupa hidrogen klorida dan hidrogen fluorida.5. Kesimpulan· Gas hidrogen dapat terbentuk dari persamaan 2 Al(s) + 2 NaOH(aq) + 6 H2O(l) → 2 NaAl(OH)4(aq) + 3 H2(g)· Volume gas hidrogen yang diperoleh dari aluminium foil + NaOH sebanyak 200 ml (pada percobaan 1) sedangkan pada percobaan 2 tidak diketahui· Jumlah alumunium foil mempengaruhi banyaknya gas hidrogen yang dihasilkan, sedangkan konsentrasi NaOH hanya mempengaruhi kecepatan reaksinya saja
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, H. Ralph dan Suminar. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Edisi keempat. Erlangga : Jakarta. 1987. Bab 24. Halaman 180.
Langganan:
Postingan (Atom)